Pinned Post
Pasar Crypto Currency makin dewasa di ALT Season 2025
Pasar [cryptocurrency] makin dewasa di ALT Season 2025
0 Comments 0 Shares 108 Views
Recent Updates
  • CEO Tether: USDT akan Tak Berguna, Masa Depan Hanya Milik Bitcoin BTC

    CEO Tether (USDT) Paolo Ardoino mengungkapkan pandangan kontroversialnya mengenai masa depan produk unggulannya, USDT. Dalam jangka panjang, USDT tidak akan lagi memiliki peran signifikan karena dunia akan sepenuhnya beralih ke Bitcoin setelah runtuhnya mata uang fiat.

    “Saya memperkirakan akan terjadi hiperinflasi yang menyebabkan USDT tidak akan berguna lagi. Dengan demikian, Bitcoin akan menjadi satu-satunya mata uang yang digunakan dunia,” ujar Ardoino dalam episode podcast yang berjudul “Forrest or Anakin?”.

    Selain itu, pria kelahiran 1984 tersebut menegaskan USDT hanya akan bertahan selama masih dibutuhkan. Sebaliknya, Bitcoin tidak bergantung pada individu atau perusahaan, termasuk Tether.

    Namun, Ardoino juga menyadari di beberapa negara berkembang, kebutuhan akan USDT masih sangat tinggi karena banyak orang belum memiliki akses secara langsung ke dolar AS.
    CEO Tether: USDT akan Tak Berguna, Masa Depan Hanya Milik [bitcoin] CEO Tether (USDT) Paolo Ardoino mengungkapkan pandangan kontroversialnya mengenai masa depan produk unggulannya, USDT. Dalam jangka panjang, USDT tidak akan lagi memiliki peran signifikan karena dunia akan sepenuhnya beralih ke Bitcoin setelah runtuhnya mata uang fiat. “Saya memperkirakan akan terjadi hiperinflasi yang menyebabkan USDT tidak akan berguna lagi. Dengan demikian, Bitcoin akan menjadi satu-satunya mata uang yang digunakan dunia,” ujar Ardoino dalam episode podcast yang berjudul “Forrest or Anakin?”. Selain itu, pria kelahiran 1984 tersebut menegaskan USDT hanya akan bertahan selama masih dibutuhkan. Sebaliknya, Bitcoin tidak bergantung pada individu atau perusahaan, termasuk Tether. Namun, Ardoino juga menyadari di beberapa negara berkembang, kebutuhan akan USDT masih sangat tinggi karena banyak orang belum memiliki akses secara langsung ke dolar AS.
    0 Comments 0 Shares 328 Views
  • Adopsi Crypto Melesat, Kini Ada 560 Juta Pengguna di Seluruh Dunia

    Popularitas crypto terus meningkat secara global. Menurut data terbaru dari Triple A, jumlah pemilik aset digital ini telah mencapai lebih dari 560 juta orang, atau sekitar 7,25% dari total populasi dunia, 8 miliar orang.

    Tingkat adopsi crypto bervariasi di setiap negara. Uni Emirat Arab (UEA) mencatat persentase kepemilikan tertinggi 26,3%, diikuti Singapura 24,4% dan Turki 19,3%. Sementara itu, Indonesia memiliki tingkat kepemilikan sebesar 13,9%, lebih tinggi dari rata-rata global yang berada di angka 6,9%.

    Angka ini menunjukkan bahwa negara berkembang cenderung memiliki tingkat adopsi crypto yang lebih tinggi dibandingkan negara maju yang sebagian besar memiliki angka kepemilikan di bawah 10%.

    Dari segi demografi, kepemilikan crypto saat ini masih didominasi oleh pria, yakni 61%, sementara 39% sisanya adalah wanita. Selain itu, sekitar 34% pemilik aset digital ini berada dalam rentang usia 25 hingga 34 tahun.

    Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan kepemilikan cryptocurrency juga mengalami lonjakan signifikan dari segi Compound Annual Growth Rate (CAGR) mencapai 99%.

    Angka ini jauh melampaui pertumbuhan metode pembayaran konvensional, seperti kartu kredit, yang rata-rata hanya tumbuh 8% per tahun dari 2018 hingga 2023. Bahkan, data tersebut mengungkap sebanyak 65% pengguna menginginkan untuk melakukan transaksi menggunakan crypto.

    Sumber dari beberapa perusahaan pembayaran, termasuk PayPal, Visa, Mastercard, dan American Express, menunjukkan peningkatan pengguna aset digital melampaui pertumbuhan raksasa industri pembayaran.
    Adopsi Crypto Melesat, Kini Ada 560 Juta Pengguna di Seluruh Dunia Popularitas crypto terus meningkat secara global. Menurut data terbaru dari Triple A, jumlah pemilik aset digital ini telah mencapai lebih dari 560 juta orang, atau sekitar 7,25% dari total populasi dunia, 8 miliar orang. Tingkat adopsi crypto bervariasi di setiap negara. Uni Emirat Arab (UEA) mencatat persentase kepemilikan tertinggi 26,3%, diikuti Singapura 24,4% dan Turki 19,3%. Sementara itu, Indonesia memiliki tingkat kepemilikan sebesar 13,9%, lebih tinggi dari rata-rata global yang berada di angka 6,9%. Angka ini menunjukkan bahwa negara berkembang cenderung memiliki tingkat adopsi crypto yang lebih tinggi dibandingkan negara maju yang sebagian besar memiliki angka kepemilikan di bawah 10%. Dari segi demografi, kepemilikan crypto saat ini masih didominasi oleh pria, yakni 61%, sementara 39% sisanya adalah wanita. Selain itu, sekitar 34% pemilik aset digital ini berada dalam rentang usia 25 hingga 34 tahun. Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan kepemilikan cryptocurrency juga mengalami lonjakan signifikan dari segi Compound Annual Growth Rate (CAGR) mencapai 99%. Angka ini jauh melampaui pertumbuhan metode pembayaran konvensional, seperti kartu kredit, yang rata-rata hanya tumbuh 8% per tahun dari 2018 hingga 2023. Bahkan, data tersebut mengungkap sebanyak 65% pengguna menginginkan untuk melakukan transaksi menggunakan crypto. Sumber dari beberapa perusahaan pembayaran, termasuk PayPal, Visa, Mastercard, dan American Express, menunjukkan peningkatan pengguna aset digital melampaui pertumbuhan raksasa industri pembayaran.
    0 Comments 0 Shares 230 Views
  • Data Menunjukkan Jumlah Uang Terus Dicetak, Bitcoin BTC Tetap 21 Juta Koin

    Secara historis, pasokan uang yang beredar alias M2 money supply di Amerika Serikat (AS) terus meningkat dari tahun ke tahun. Meski di tahun 1960 uang yang dicetak masih sedikit, tetapi angka peredarannya meningkat sangat tajam hingga tahun 2022 tembus US$21,7 triliun.

    Peredaran mata uang fiat yang masih tinggi itu menunjukkan kebutuhannya akan dolar semakin besar, terutama dalam situasi darurat atau genting seperi krisis keuangan, pandemi, perang, atau ancaman dari negara lain.

    Namun, dalam beberapa tahun terakhir, dolar AS yang dicetak terus meningkat. Artinya, pencetakan mata uang fiat terus dilakukan tanpa batas.

    Adapun revolusi industri keuangan berubah dengan adanya Bitcoin (BTC), Di mana, Bitcoin menjadi alternatif masyarakat menggantikan nilai mata uang fiat sebab pasokannya terbatas dan nilainya semakin tinggi.

    Bagaimana tidak, sejak tahun 2009 diciptakannya Bitcoin, pasokannya tidak pernan berubah yakni 21 juta koin. Walau sudah 19 juta koin ditambang, namun sisanya diproyeksikan baru akan habis ditambang pada tahun 2140.

    Ketersediaan Bitcoin yang tampak stagnan selama beberapa tahun mendatang itu menunjukkan bahwa aset digital tersebut tidak akan terpengaruh oleh inflasi, perang dagang, atau faktor ekonomi lainnya.

    Sementara dolar AS menjadi aset yang sangat terpengaruh pergerakannya terhadap aktivitas pasar ekonomi.

    Maka dari itu, kelangkaan jumlah Bitcoin di masa depan yang sangat minim membuat aset tersebut mulai dilirik.
    Data Menunjukkan Jumlah Uang Terus Dicetak, [bitcoin] Tetap 21 Juta Koin Secara historis, pasokan uang yang beredar alias M2 money supply di Amerika Serikat (AS) terus meningkat dari tahun ke tahun. Meski di tahun 1960 uang yang dicetak masih sedikit, tetapi angka peredarannya meningkat sangat tajam hingga tahun 2022 tembus US$21,7 triliun. Peredaran mata uang fiat yang masih tinggi itu menunjukkan kebutuhannya akan dolar semakin besar, terutama dalam situasi darurat atau genting seperi krisis keuangan, pandemi, perang, atau ancaman dari negara lain. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, dolar AS yang dicetak terus meningkat. Artinya, pencetakan mata uang fiat terus dilakukan tanpa batas. Adapun revolusi industri keuangan berubah dengan adanya Bitcoin (BTC), Di mana, Bitcoin menjadi alternatif masyarakat menggantikan nilai mata uang fiat sebab pasokannya terbatas dan nilainya semakin tinggi. Bagaimana tidak, sejak tahun 2009 diciptakannya Bitcoin, pasokannya tidak pernan berubah yakni 21 juta koin. Walau sudah 19 juta koin ditambang, namun sisanya diproyeksikan baru akan habis ditambang pada tahun 2140. Ketersediaan Bitcoin yang tampak stagnan selama beberapa tahun mendatang itu menunjukkan bahwa aset digital tersebut tidak akan terpengaruh oleh inflasi, perang dagang, atau faktor ekonomi lainnya. Sementara dolar AS menjadi aset yang sangat terpengaruh pergerakannya terhadap aktivitas pasar ekonomi. Maka dari itu, kelangkaan jumlah Bitcoin di masa depan yang sangat minim membuat aset tersebut mulai dilirik.
    0 Comments 0 Shares 173 Views
  • Mengenal Pi Network
    Mengenal Pi Network
    0 Comments 0 Shares 59 Views
  • Pasar Crypto Currency makin dewasa di ALT Season 2025
    Pasar [cryptocurrency] makin dewasa di ALT Season 2025
    0 Comments 0 Shares 108 Views
  • Lahirnya Perbankan 4.0

    DeFi (Decentralized Finance)
    Dimana sistem (Ledger) Pembukuan keuangan yang secara otomatis dikerjakan oleh jutaan komputer otomatis tanpa campur tangan manusia, tidak terpusat dan bersifat transparan.
    Lahirnya Perbankan 4.0 DeFi (Decentralized Finance) Dimana sistem (Ledger) Pembukuan keuangan yang secara otomatis dikerjakan oleh jutaan komputer otomatis tanpa campur tangan manusia, tidak terpusat dan bersifat transparan.
    0 Comments 0 Shares 36 Views
More Stories